Tidak takut mengeluarkan modal untuk kesuksesan
Bagi
kalangan umum atau warga non Tionghoa (sekali lagi maaf saya nulisnya
banyak berbau SARA), mereka terkendala dalam membuka usaha karena modal
yang sedikit. Namun ada pula yang punya uang tetapi takut untuk
mengeluarkan banyak modal untuk membuka usaha. Dengan kata lain ingin
membuka usaha dengan modal sedikit tetapi hasil selangit.. Saya tekankan
itu mungkin tetapi agak sulit dan perlu kegigihan yang luar biasa.
Mereka
berani membeli barang dalam jumlah besar, karena semakin banyak barang
yang dibeli maka harga akan semakin murah dan bahkan bisa menjadi grosir
ataupun agen. Nah setelah itu para pedagang lain kebanyakan mengambil
pada mereka yang sudah menjadi agen atau grosir.
Warga Tionghoa memiliki kekuatan di modal, kebanyakan
mereka mendapatkan modal dari Ayah atau keluarga sendiri adapula yang
dimodalkan oleh orang lain yang percaya kepadanya. Sedikit sekali dari
mereka yang menggunakan pinjaman dari bank atau koperasi, kebanyakan
mereka merintis dari kecil hingga besar. Tetapi ini faktor yang tidak
mutlak, adapula yang berawal dari modal kecil yang akhirnya menjadi
besar ataupun bertahan. Seperti warung pak Toke didepan rumah mertua
saya, luasnya kecil dan sempit tetapi mampu bertahan dan menghidupi
keluarganya bahkan punya banyak motor.
Bersungguh sungguh untuk menjalani bisnis
Banyak
dari kita yang kurang bersungguh2 dalam berusaha, misalnya baru jatuh
sedikit udah tutup dan kurang bersungguh2 dalam
melaksanakannya..misalnya tidak melakukan promosi, tidak menjalin
relasi, dan suka bersaing melalui harga. Warga Tionghoa paling peduli
dengan pelanggannya sehingga mereka mengutamakan kualitas dan pelayanan.
Masyarakat kita pada umumnya lebih percaya bila nasib mereka akan
berubah bila kerja di kantoran atau pemerintahan, jadi terkadang mereka
membuka usaha sambil nunggu lowongan kerja. Wajar saja bila orang2 yang
behasil kebanyakan dari mereka adalah orang2 yang benar2 serius dan
benar2 menggantungkan dirinya pada usaha itu. Contoh lain seperti warung
nasi padang, pecel lele lamongan, warung rujak, coto makasar, mamang
bakso dan lainnya yang serius dalam membuka usahanya sehingga mereka
berhasil meskipun banyak saingan.
Melayani pelanggan dengan baik agar tidak pergi
Pelanggan adalah
raja, ya betul ini kata yang tepat maksudnya disini adalah memberikan
pelayanan yang baik seperti memberikan kualitas barang yang baik, tidak
menipu pelanggan, pelayanan yang memuaskan, dan satu yang terutama
kepercayaan. Bila pelanggan percaya, maka biar ada toko lain yang lebih
murah ia tetap tidak bergeming dan tetap setia pada toko langganannya.
Bila
ada barang yang bekas katakan itu bekas, meskipun masih terlihat baru
saya waktu itu salut dengan sahabat saya yang menurunkan harga suatu
laptop yang dikembalikan oleh seorang pelanggan yang kurang bertanggung
jawab karena sudah membeli tetapi dikembalikan dengan tanpa alasan.
Meskipun demikian sahabat saya tetap saja mengambil laptop tersebut, dan
tetap memberikan pelayanannya pada pelanggan itu. Herannya dia menjual
kembali laptop tersebut dengan harga yang murah, padahal Cuma dipakai
dua hari dan tidak ada cacat apapun, hanya saja mungkin CD dan buku
manualnya sudah dibuka dari bungkusnya.
Tidak
rugi? Tanyaku, lalu ia menjawab ini kan sudah bekas dipake orang tetap
aja barang bekas, ya mau gimana lagi kalo rugi? dan laptop itu pun laku
dipelanggan lainnya, dan pelanggan itu pun semakin percaya akan
pelayanannya sehingga selalu datang. Jangan menutupi cacat suatu produk,
kalo jelek bilang jelek dan jangan ditutupi. Mereka juga tidak
melupakan pelanggan lama, artinya jangan mentang2 sudah besar dan
ramaipelanggan lama dilupakan.
Menjalin kerjasama untuk kemajuan
Mereka mengerti betul bahwa kompetitor adalah
kebutuhan, semakin banyak pesaing maka akan tercipta pasar yang stabil.
Mereka juga saling bekerja sama dalam berdagang, misal di tokonya tidak
ada barang A namun ada yang mau membeli barang itu.. ia pun segera
pergi ke toko rekannya dan membeli barang A tersebut dan menjualkannya
pada pelanggannya. Artinya tidak ada barang yang tidak ada, bila toko A
kosong di suplai oleh toko B begitu sebaliknya. Nanti pada saat akhir
bulan barulah sama2 menagih nota dari barang tersebut.
Mereka
juga bekerjasama dengan kantor2 sehingga mereka memiliki pelanggan yang
tetap dan rutin, meskipun pelanggan sepi tetapi saat ada proyek mereka
akan kebanjiran. Dan terkadang mereka bekerjasama dengan toko lain untuk
memenuhi proyek tersebut.
Memenejemen keuangan dengan baik
Mereka
menyusun dan mengatur keuangan dengan baik, tidak asal dapat untung ada
pembukuannya dan ada hitung laba ruginya. Mereka tidak mencampuradukkan
keperluan sehari2 dengan kas di toko, dan tentunya menabung di Bank
atau berinvestasi di Bank juga dilakukan untuk menjaga keuangannya.
6. Diversifikasi Usaha
Artinya tidak
mengandalkan satu cabang usaha saja, mereka membuka usaha apa saja
selama masih ada prospeknya. Seperti misalnya Rental VCD DVD yang dibuka
oleh sahabat saya, tidak hanya menyewakan tetapi ia juga menjual film
dan lagu2 yang agak langka dipasaran..selain itu ia juga menjalin
kerjasama dengan penjual eceran dipinggir jalan sehingga pelanggannya
menjadi banyak. Saya salut, saking tekunnya beliau bisa menyekolahkan
anak, punya mobil bagus dan terlihat makmur padahal penyewaannya tidak
begitu ramai..ternyata diversifikasi inilah yang membuatnya tetap
bertahan.
7. Mempekerjakan Pegawai Yang Terbaik
Para
pengusaha Tionghoa sanggup merogoh kocek lebih dalam untuk mengupah
karyawannya, kebanyakan dari mereka tidak takut untuk mengupah lebih
besar untuk mendapatkan karyawan yang terbaik. Coba bayangkan saya dan
teman saya bekerja di Toko Komputer milik sahabat saya, dan kami berdua
adalah sarjana komputer dan beberapa anak buah lainnya adalah mahasiswa
teknik yang sedang kuliah. Kalau pengusaha lain biasanya mempekerjakan
orang yang hanya bermodalkan pengalaman saja, atau bahkan asal bisa
kerja.
Saya
sebagai pegawainya saat itu harus menunjukkan kualitas saya, gak
mungkin saya bergelar sarjana tetapi kinerjanya sama dengan orang biasa.
Tanpa saya sadari saya bekerja dengan tekun dan fokus pada target,
akhirnya siapa yang untung? Tentu saja sahabat saya sang pemilik Toko..
nah tentunya hal ini dapat menjadi contoh bahwa bila ingin hasil yang
baik maka harus memperhatikan kualitas dan kinerja karyawan yang baik
pula.
8. Membangun Kepercayaan
Ini
adalah hal terpenting, warga Tionghoa selalu berusaha dengan
bermodalkan kepercayaan dengan adanya kepercayaan maka akan terbangun
loyalitas. Pak Alim investor toko teman saya pertama kali membuka toko
tempat saya bekerja dengan bermodalkan kepercayaan kepada sahabat saya,
padahal bukan keluarga atau anak. Saya sering dipercaya untuk mengurus
banyak proyek bahkan menagih utang yang jumlahnya ratusan juta rupiah.
Saya
pun terkaget begitu pak Alim juga menawarkan rukonya untuk dibangun
usaha, padahal saya bukan warga Tionghoa tetapi ternyata ia punya naluri
kepercayaan yang tinggi terhadap saya. Namun saya masih ragu karena
takut mengecewakan, yah mungkin itulah kelemahannya masyarakat umum
seperti kita yang tidak berani dalam berusaha dengan serius.
Begitulah
beberapa rahasia yang saya ketahui dari pengusaha Tionghoa dalam
menjalankan bisnisnya, mungkin masih banyak rahasia lainnya yang tidak
saya ketahui. Namun saya rasa tidak semua pengusaha Tionghoa yang
sukses, adapula yang kerap gagal dalam usahanya.. tetapi mayoritas
mereka adalah pedagang yang luar biasa. Mungkin bakat keturunan atau apa
itu saya tidak tahu.. namun kenyataan yang sering saya lihat mereka
tetap bertahan dalam kondisi apapun. Kita harus banyak belajar terutama
keseriusan dalam berusaha, jangan berharap sukses bila anda masih
berfikir peluang usaha lain disaat sedang membangun satu usaha atau
membuka usaha hanya untuk suka2 maka dijamin tidak berapa lama usaha
anda akan runtuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar